Sabtu, 29 Januari 2011

Plagiasi: Meredupkan Berkah Ilmu!!

“Wadhuh, tugasku dijiplak!!” ucap seorang teman saat aku lagi di Maskam UGM. Dengan masang muka kusut, dia pun langsung menumpahkan uneg-uneg-nya dihadapanku.
“Apa dia nggak tahu aku buatnya sampai gak tidur berhari-hari? Kok seenaknya aja cuma copy paste!!”
Aku yang mendengarkannya langsung masygul. Ah, aku pun tahu perasaanya karena aku juga pernah jadi korban. Dan rasanya, GERAM, MARAH, SEDIH, PASRAH...tumplek bleg!


Wadhuuh!! Apa sih untungnya jadi plagiator!? Memang sih karya tulis kita akan sedikit lebih “wah” dari yang kita jiplak, atau nilai ujian kita akan lebih baik dari teman. Tapi coba pikirkan lagi kata-kata Imam Syafi’i, “Ilmu itu adalah cahaya, sedang cahaya Allah tidak dapat dimiliki oleh pelaku maksiat.”

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pun mengatakan kalo, “Perbuatan maksiat adalah faktor terbesar yang menghapus berkah usia, rezeki, ilmu dan amal.” Iya kan? Begitu besar efek yang ditimbulkan kalau kita jadi plagiator. Apa gunanya punya karya bagus ketika suatu saat nanti ilmu itu tidak membawa manfaat apa-apa, bahkan menjadi bencana!?


Betul banget kawan! Plagiasi menurut KBBI diartikan sebagai penjiplakan yang melanggar hak cipta, yaitu hak seseorang atas hasil penemuannya yang dilindungi oleh undang-undang (http://cetak.bangkapos.com). Hampir sama dengan KBBI, Iden Wildensyah juga mengatakan kalo plagiasi adalah kegiatan meng-copy paste tulisan orang lain lalu diklaim sebagai tulisan pribadi (http://media.kompasiana.com).


Plagiasi emang pencurian karya yang sangat ditakuti semua akademisi bahkan semua orang yang berkecimpung di dunia tulis-menulis. Sedikit aja terindikasi plagiasi, dapat fatal akibatnya, contohnya nih, pencabutan gelar akademis, sanksi sosial atau bahkan pemecatan secara tidak hormat oleh institusi pendidikan. Dan yang pasti, kita akan merugikan temen lahir batin. Mana ada temen yang dengan ikhlas hati merelakan karya tulisnya dijiplak? Betul nggak?


Menurut Feby Indirayani (http://www.ruangbaca.com), derajat dari plagiasi terkategorikan menjadi dua loh, yaitu dari yang paling parah (hard plagiarism) dan yang tak begitu kentara (soft plagiarism). Kategori hard plagiarism misalnya seseorang yang melakukan bongkar pasang dengan mengubah beberapa bagian aja.


Bahkan pernah ada seorang penulis yang bukunya dijiplak abis. Bukunya yang berjudul Akira (As-Syaamil, 2000) kemudian menerbitkan dengan judul yang berbeda oleh orang lain, yaitu Fajar Menyingsing di Arkansas (Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2003). Menurut penulis aslinya, semua jalan cerita dan kalimat-kalimat dalam novel itu persis sis sis, hanya nama tokoh dan latarnya aja yang berbeda (http://www.ruangbaca.com). Astaghfirullah!! Kalo contoh yang soft, misalnya kita dapet file, terus kita edit-edit dikit, ditambah-tambahin, dikurang-kurangin...sehingga jadi beda. Tapi walaupun gitu, yang namanya jiplak, tetep jiplak.


Padahal, Allah pun udah wanti-wanti melalui firman-Nya, Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu memiliki pengetahuan di dalamnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS. Al-Israa’ [17]: 36).


Namun nih, disadari atau tidak, tindak plagiasi pun sering dilakukan oleh kita-kita (remaja). Sebagai contoh misalnya menyalin artikel maupun makalah di internet dalam pembuatan tugas tanpa menyertakan sumber, menyalin tulisan di buku juga tanpa sumber, membajak karya tulis orang lain kemudian di-edit sedemikian rupa sehingga seolah-olah itu karya aslinya, bahkan tindakan yang paling keji, yaitu mengaku karya itu adalah tulisannya padahal hanya menjiplak secara gamblang. Atau kejadian yang paling sering ditemui di kalangan para siswa (mahasiswa), yaitu meng-copy paste tugas teman dengan atau tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.


Padahal Rasulullah pun memberikan nasehat emasnya dalam sebuah hadis, Diwajibkan atas kalian bersikap jujur karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke syurga. Senantiasa seseorang berbuat jujur dan menjaga kejujurannya hingga ditulis di sisi Allah sebagai Shiddieq (orang yang jujur dan benar) (Riwayat Muslim). Makanya kita harus senantiasa berbuat jujur. Sepintar apapun kita sembunyi-sembunyi, Allah pun akan tahu apa yang kita kerjakan...


Selama kita masih di dunia ini, kita akan selalu diawasi oleh Allah. Dan termasuk kesempurnaan Islam jika meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi diri kita. Dituturkan dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Abu Thalib r.a. berkata, “Saya hafal (sebuah sabda) dari Rasululla saw, (sabda beliau),

“Tinggalkanlah sesuatu yang engkau ragukan dan kerjakan sesuatu yang tidak engkau ragukan. Sungguh jujur membangkitkan ketenangan dan dusta membangkitkan kebimbangan.” (Al-Tirmidzi).


Nah, sama aja dengan para plagiator. Dari luar mereka kelihatan wah. Tapi ternyata prestasi-prestasi itu didapatkan dari hasil melanggar larangan Allah. Hal ini akan menyebabkan berkah dari ilmu tidak akan sampai kepada orang tersebut, bahkan membangkitkan kebimbangan.


Nah, kawan. Jangan sampai ilmu yang membawa berkah ini menjadikan bencana di kemudian hari. Kejujuran dalam membuat karya (tugas) sangat penting dilakukan. So, mari kita sama-sama berjuang meraih ilmu secara jujur agar berkah ilmu semakin bercahaya di kehidupan kita. Kejujuran itu akan membuat masalah menjadi bagian dari masa lalu, sedangkan kebohongan akan membuat masalah menjadi bagian dari masa depan. (Dwitya Sobat Ady Dharma)

school mapping hazard mutlak disosialisasikan kepada penyandang disabilitas di daerah rawan bencana

Satu dari lima prioritas pelaksanaan kegiatan dalam Kerangka Kerja Hyogo (HFA) pada tahun 2005-2015 adalah membangun bangsa dan masyarakat...