Minggu, 23 Agustus 2020

Memilih Pendidikan Inklusi atau Pendidikan Khusus untuk ASD

 

Berbicara tentang pendidikan inklusi berarti kita akan membahas sesuatu yang sangat panjang. Sejarah mencatat Sekolah Khusus bagi ABK pertama di indonesia didirikan tahun 1901 di Bandung, yang kemudian diikuti oleh pendirian sekolah-sekolah khusus lain. Kecenderungan SLB-SLB ini mendidik anak dengan cara yang sangat khusus dan terkesan terpisah dari dunia luar. Bahkan sebelum ada sekolah khusus ini, nasib anak-anak berkebutuhan khusus sangat memprihatikan, ada yang dibuang, di dipasung, dikurung dan lain-lain. Sampai akhirnya mulai bermunculan deklarasi-deklarasi dunia yang memperjuangkan anak-hak seluruh anak, misalnya Deklarasi HAK Asasi Manusia 1948, konvensi hak anak 1989, sampai yang cukup berpengaruh di Indonesia adalah Salamanca Statment yang diselenggarakan tahun 1994.

Dalam deklarasi ini, disebutkan konsep inklusi , bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mencakup semua kondisi anak baik fisik, intelektual, sosial ekonomi, linguistik, dari penyandang cacat maupun anak berbakat, anak jalanan dan pekerja, anak dari populasi terpencil, etnis minoritas atau anak yang berasal dari daerah kurang beruntung.

Namun kemudian trend yang terjadi di Indonesia, pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan  anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah reguler.

Trend ini terjadi, bukan berarti indonesia tidak memperhatikan anak-anak di luar anak ABK dan reguler, namun anak-anak lain akan dilayani oleh pendidikan layanan khusus.

 

Nah, di masa Nadiem Makarim, beliau mengeluarkan merdeka belajar. Merdeka belajar ini meumuat empat kebijakan. Pertama, Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), kedua, Ujian Nasional ( UN), ketiga, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan keempat Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.

 

Dalam kebijakan Zonasi, sesuatu yang bisa jadi relevan dengan kita adalah dalam zonasi ada slot kuota ABK di sekolah inklusi. Adapun salah satu contoh yang saya tampilkan adalah kebijakan di Kota Jogja yang memiliki kuota 5%. Ini bisa jadi berbeda di tiap-tiap daerah sehingga kewajiban bagi bapak-ibu untuk proaktif menanyakan dalam dinas pendidikan setempat.

 


Bapak ibu, pemenuhan hak anak-anak berkebutuhan khusus di indonesia ketika kita amati semakin hari semakin menuju ke arah yang baik. Salah satunya adalah pp no 13 tahun 2020. PP ini merupakan turunan dari Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 yang secara umum mengatur tentang pendidikan inklusif. Ada point penting dalam PP tersebut, yaitu • Kebijakan penyiapan guru yang lebih serius (misalnya sekarang dalam jurusan kependidikan anak mata kuliah pendidikan inklusi, penyediaan gpk, dan pelatihan), Penguatan hak difabel dalam mengakses Pendidikan (dukungan kurikulum), pengaturan mengenai Unit Layanan Difabel, Ketersediaan sangsi administratif bagi pihak-pihak yang tidak menaati peraturan tersebut.

Dalam pandangan saya, berbagai macam kebijakan yang ada merupakan suatu usaha untuk memenuhi hak-hak warga negara dalam pendidikan. setiap anak berhak belajar dimana saja, mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan, dan apabila anak belajar di sekolah penyelanggara pendidikan inklusi, harapnnya akan bebas diskriminasi. 

 

 

Bapak ibu yang saya hormati, meskipun sekarang digembor-gemborkan merdeka belajar, belajar bisa dimana saja, bisa bebas pilih-pilih sekolah, namun bagi anak ASD, harus tetap diperhatikan beberapa hal. ASD membutuhkan pendampingan yang sangat intensif di awal-awal ia belajar, ASD juga membutuhkan layanan belajar berbagai macam keterampilan (misalnya komunikasi, konseptual/ akademis), yang mengarah pada kemandirian hidup. dan Perlu bapak ibu ketahui, sesuatu yang harus dipelajari dan dilatih kpd anak-anak ASD sangat banyak, sehingga biasanya keterampilan kemandirian hidup ini akan lebih efektif dan efisien ketika terintegrasi dalam kurikulum pendidikannya.

 

Sehingga,  jangan latah dalam memilih pendidikan bagi ASD. Misal, ada tetangga yang memasukkan anaknya di Sekolah Luar Biasa, terus Ibu-bapak juga memasukkan ananda ke SLB. Atau ada teman yang memasukkan anandannya ke sekolah inklusi, terus ikut ikutan ke sekolah inklusi. Ingat! Setiap anak memiliki karakteristk masing-masing. Untuk menentukan jenis sekolah mana yang cocok, kita dapat melihat dari empat sisi.

Pertama dari Anak: kita sebisa mungkin dan harus memahami kondisi kemampuan anak. Apabila anak belum mampu menguasai toilet training, sering tantrum, belum mampu mengikuti instruskis mandiri, maka bapak ibu bisa berpikir lagi apabila ingin memasukkan anak ke sekolah inklusi. Namun apabila anak sudah memiliki kemampuan yang melebihi kemampuan rata-rata, sekolah inklusi bisa jadi akan menjadi tempat yang tepat untuk mengembangkan kemampuan lainnya secara dramatis.

 

Kedua, kesiapan sekolah: sebagai penyelenggara layanan pendidikan, sekolah inklusi dan sekolah khusus memiliki perbedaan yang mendasar. Jangan asal inklusi...kita harus tahu sistem sekolah, kesiapan sekolah, mulai dari kesiapan guru, kurikulum, media, materi, gpk.

Jangan juga asal SLB juga. Kita harus tahu programnya. Jangan sampai ananda masuk ke SLB namun programnya tidak inovatif, nanti kita bisa rugi sendiri.

saya secara pribadi tidak mengarahkan anak ini harus ke inklusi...anak ini harus ke SLB,,, ya karena setiap penyelanggara pendidikan memiliki kualitas masing-masing.

 

Ketiga dan keempat, keluarga dan lingkungan: anak-anak harus mendapatkan dukungan dari lingkungan dan keluarga. Dukungan ini bisa dilihat dari kemampuan finansial, dukungan moral, transportasi, maupun jarak.

 

Dari keempat hal tersebut, bapak ibu dapat mengukur kondisi yang sebenarnya sehingga dapat menentukan ananda akan dimasukann dalam sekolah yang mana.

 

 

Berkebun dengan Teman Disabilitas (PART 1)

 

 

Berkebun bagi orang awas akan menjadi kegiatan yang menyenangkan, tapi belum tentu bagi tunanetra. Bagi tunanetra, kegiatan berkebun akan menjadi kegiatan yang membingungkan, berbahaya, apalagi bagi mereka yang belum memiliki kemampuan Orientasi dan Mobilitas yang mumpuni.

 

Berikut ini akan disampaikan cara pendampingan yang tepat apabila kamu bertugas sebagai pendamping tunanetra ketika sedang berkebun:

 

1.       Pahami etika membuat kontak (basic technique): perhatikan bagaimana cara membuat kontak, misalnya dengan menepuk pundak, menyentuh punggung tangan, maupun dengan memperkenalkan diri secara lisan. Perhatikan juga teknik berjalan dengan pendamping awas, misalnya teknis berjalan di jalan yang sempit (sebagai contoh berjalan di pematang), naik tangga, maupun teknik menuntun penyandang untuk duduk.

 

2.       Pahami cara membantu: minta izinlah untuk membantu, apabila penyandang tunanetra tidak ingin dibantu, pendamping awas cukup mengawasi. Baru ketika sedang dalam kondisi yang membahayakan, pendamping awas  segera bertindak secara cepat untuk meminimilasi risiko. Dalam kondisi tertentu, apabila tunanetra ingin berjalan sendiri tanpa pendamping awas, perhatikan apakah penyandang tunanetra dapat melakukan trailing atau tidak, melakukan upper hand & lower hand dengan baik atau tidak, serta teknik locating lost object.

 

3.       Apabila penyandang tunanetra sudah terbiasa melakukan direction taking, perhatikan posisi benda yang ada di sekitar kebun. Jangan merubah posisi benda tanpa memberitahu penyandang tunanetra. Hal ini bisa sangat berbahaya ketika ada yang memindahkan barang/ benda yang dikenali, apalagi ketika penyandang tunanetra berada dalam medan yang tidak rata.

 

4.       Perhatikan instruksi yang kita ucapkan. Jangan pernah memberikan instruksi dengan kalimat yang ambigu, misal di sana, di sini. Jelaskan dengan detail dan nyata.

 

5.       Gunakan alat pelindung diri, misal sarung tangan, sepatu booth, maupun topi. Kita tidak akan pernah tahu kejadian yang akan menimpa ketika sedang berada di kebun.

 

Untuk tips lain, akan saya sampaikan di part 2. Salam.

Membuat Karya dari Pengalaman Sehari-Hari

 

 

Pada kesempatan ini,  kita akan membahas sebuah tema yang menarik tentang proses kreatif membuat karya dari pengalaman sehari-hari.

Tentu sahabat bertanya, bukankah karya itu sangat banyak bentuknya? Juga yang namanya pengalaman sehari-hari itu juga sangat banyak ragamnya.

Oleh sebab itu, kita pada edisi ini, akan lebih terfokus pada karya tulis. Karya tulis ini memiliki dua ragam bentuk. Bentuk yang pertama adalah fiksi seperti cerpen, flash fiction, puisi, atau mungkin mungkin. Bentuk yang kedua adalah non-fiksi, seperti esai, opini, ataupun makalah.

Nah, selama membersamai teman-teman yang tergabung dalam program penelitian internal, muncul beberapa permasalah, misalnya:

1.       Kesulitan dalam mengemas ide yang berserakan.

2.       Kesulitan dalam membagi waktu, antara pekerjaan, urusan rumah tangga, bisnis pribadi, dsb

3.       Ide yang mandeg/ terhenti. Sehingga menulis seperti beban. Frustasi, stress, malas.

4.       Kesulitan dalam mengembangkan paragraf.

5.       Tidak percaya diri dalam menulis

Dan masih banyak permasalah yang lain, yang sebetulnya ketika digali lagi akan ada banyak yang akan ditemukan. nah, ketika dicermati, ketika ada banyak sekali permasalahan yang muncul, permasalahan ini mengarah pada satu sebab. sebabnya adalah kegiatan yang dilakukan belum bermakna secara personal. Mengapa belum bermakna, karena masih belum menemukan passion. Akibatnya, kegiatan menulis menjadi kegiatan yang menyiksa, ingin segera mengakhiri, ingin lepas.

Di sisi lain, ada banyak juga orang yang menulis hingga larut malam, ketika ia istirahat, ia ingin segera menulis lagi, ingin segera menyelesaikan, apabila telah selesai pun ingin segera memulai hal baru. Ini bisa terjadi karena ia menemukan makna, menemukan keasyikan, sehingga kegiatan ini menjadi fun.

Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, kita akan membahas bagaimana proses kreatif membuat tulisan, agar kita tidak terjebak dalam rutinitas dan tetap menjadi kegiatan yang menggembirakan.

 

Yang pertama, sahabat harus menggali makna terdalam mengapa saya membuat karya tersebut. Makna terdalam ini sangat berbeda-beda setiap orang, misalnya apakah membuat karya karena uang, karena hobi, karena tuntutan pekerjaan, atau mungkin karena sedang mengikuti program menulis. Sehingga makna terdalam dari tiap orang ini sangat berbeda-beda.

Sahabat, apabila dalam membuat karya ini terasa berat, coba jujur pada diri sendiri, motivasi terbesar apa yang membuat sahabat mau membuat karya. Beberapa orang mampu mempertahankan motivasinya karena memang ada hal yang membuatnya selalu lekat dengan kegiatan tersebut. Kalau kata para motivator, ini disebut passion. Kalau sudah passion, mau sebesar apapun kegiatan, seberat apapun kegiatan, pastilah dilakukan tanpa beban.

Nah, apabila kita masih ada ganjalan dalam membuat karya, membuat karya serasa hukuman, tidak rileks, tegang, coba gali lebih dalam lagi. Penggalian ini bisa dengan mengendapkan pikiran karena untuk menjernihkan air yang keruh adalah dengan mendiamkannya. Apabila dengan cara ini masih sulit dalam membuat karya, coba cara yang kedua ini.

 

Cara yang kedua adalah menggali ide dengan mengasah kepekaan kita. Sahabat, setiap benda yang ada di sekitar kita, menyimpan banyak ide yang bisa kita eksplor. Misalnya kemoceng. Bagi yang cuek, banyak yang hanya memikirkan kemoceng hanya alat untuk bersih-bersih. Tapi coba kita cermati ya sahabat.

Kemoceng ini ada banyak unsur, ada bulu ayam, ada tongkat rotan, ada pengait, ada paku, ada tali. Dengan berbagai macam unsur ini, pernahkan kita berpikir ada cerita apa di balik unsur tersebut? Misalnya bulu ayam: sebelum bulu ini siap ditempel di batang rotan, ada seseorang yang berjasa. Siapa dia. Pertama, peternak ayam. Kedua, orang yang menyembelih ayam. Ketiga, orang yang mencabuti bulu ayam, menyortir bulu ayam, mencuci, memberi pewarna, menjemur. Setelah itu ada orang yang merangkai. Begitu panjang sekali prosesnya, bukan?. Itu baru satu unsur saja sahabat. Belum lagi rotan, paku dan lain sebagainya.

Di satu benda saja ada banyak cerita, apalagi kalau dalam kehidupan sehari-hari kita sering berjalan-jalan, membeli banyak barang, suka bertemu dengan orang. pastinya ide sangat banyak.

Nah, mungkin ada yang bertanya: kalau ide sangat banyak, tapi kok tetap tidak bisa membuat sebuah karya?

Pesan saya, jangan memperumit diri. carilah sesuatu yang sederhana, dekat dengan diri kita, tidk usah mencari hal-hal aneh agar terlihat keren. Jika sahabat seorang guru, cari ide terdekat dengan pembelajaran. Jika seorang jurus masak, bisa menulis kumpulan resep. Jadilah ekspert di bidangnya masing-masing.

Jika masih kesulitan juga, Ada tips yang ketiga.

 

Yang ketiga adalah kuasai cara memproduksi atau mengemas ide menjadi sebuah karya. Sahabat, ada dari kita sering mengaku punya banyak ide, tapi kok tetap tidak bisa membuat sebuah karya? Bisa jadi seseorang tersebut masih belum menguasai bagaimana cara mengemas ide.

Pertanyaan yang dilontarkan kemudian, bisa jadi seperti ini: bagaimana mengemas ide menjadi sebuah karya? Atau masih bingung cara mengemasnya?

Sahabat, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda bagaimana mengemas ide agar menjadi karya. Untuk saya secara personal ada beberapa langkah:

1)      Tentukan jenis karya yang akan kita buat. Apakah esai, apakah opini di surat kabar, apakah makalah, buku, cerpen?

2)      Setelah menentukan jenis karya, kita bisa mencermati berbagai karya yang serupa dari orang lain. Misalnya, ketika kita ingin membuat opini di surat kabar, kita bisa sering-sering membaca opini di surat kabar. Mencermati alurnya, berapa kata, template nya. Bisa juga ditambah bagaimana proses pengiriman.

3)      Setelah mencermati, maka kita harus, mau tidak mau wajib untuk segera menulis. Ini terkait dengan proses kreatif yang keempat, yaitu segera mengemas ide agar tidak lupa.

 

Keempat, ya mau tidak mau kita harus segera memproduksi karya agar ide yang bagus tidak hilang atau terlupa. Bisa jadi, ada juga yang berkomentar, wah...kayaknya kok tetap tidak bisa menulis ya?

Kalau memang begini, berarti sahabat kurang asupan buku-buku bergizi. Di manapun, menulis membutuhkan membaca, membaca membutuhkan menulis. Dua kegiatan ini adalah kegiatan yang tidak bisa dipisakan. Dengan membaca, secara tidak langsung kita menabung kata-kata. Dan percaya atau tidak, buku-buku yang kita baca akan banyak berpengaruh pada kosa kata yang kita gunakan.

 

Semoga bermanfaat ya..nantikan sharing selanjutnya

(Dwitya Sobat Ady Dharma)

 

 

 

 

 

 

school mapping hazard mutlak disosialisasikan kepada penyandang disabilitas di daerah rawan bencana

Satu dari lima prioritas pelaksanaan kegiatan dalam Kerangka Kerja Hyogo (HFA) pada tahun 2005-2015 adalah membangun bangsa dan masyarakat...