HADIST, “Dari Tsauban dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda, ‘Sungguh aku beritahukan tentang beberapa kaum dari umatku yang datang membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih lalu Allah swt menjadikannya seperti debu yang beterbangan’. Tsauban bertanya kepada Rasulullah,’Wahai Rasulullah gambarkanlah mereka kepada kami siapa mereka agar kami tidak termasuk mereka dalam keadaan kami tidak mengetahuinya.’ Beliau menjawab,’Adapun mereka itu adalah saudara-saudara kalian dan dari bangsa kalian serta menghidupkan malam hari seperti kalian menghidupkannya. Namun mereka adalah kaum-kaum yang apabila menyendiri (tidak ada orang yang melihatnya) mereka melanggar larangan-larangan Allah.” (Riwayat Ibnu Majah),
TAKHRIIJ HADIST, Hadist ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, kitab az-Zuhud, Bab Dzikrudz-Dzunub, 2/1418 no. 4245. Hadist ini dinilai shahih oleh syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab Silsiah ahaadits ash-Shahihah no 505.
PENJELASAN HADIST, Dalam hadist yang mulia ini Rasulullah saw menekankan perlunya menguatkan sikap muraqabah (selalu merasa diawasi oleh Allah dalam setiap keadaan dan waktu) dan menanamkannya dalam jiwa setiap muslim. Kekuatan muraqabah inilah yang menjaga seorang muslim dari melanggar larangan Allah swt walaupun sedang bersendiri tidak dilihat oleh manusia.
Hadist ini berisi ajakan yang cukup jelas dan tegas kepada kita untuk menanamkan dan menumbuhkan sikap muraqabah dan rasa malu kepada Allah swt dalam setiap keadaan sehingga sikap-sikap ini tertanam dan terpatri dalam jiwa kita semua.
Dalam hadist ini Rasulullah saw menggambarkan kepada kita keadaan kaum yang datang di hari kiamat kelak dengan membawa kebaikan yang sangat banyak sampai-sampai menyerupai butiran pasir yang putih sebesar gunung Tihamah di Yaman. Tapi sayang Allah swt tidak menghirakan itu semua dan menghancurkan semua bagaikan debu yang beterbangan. Rahasianya tidak lain karena mereka bila tidak dilihat manusia dan dalam keadaan sendiri melanggar larangan-larangan Allah swt tanpa rasa takut dan malu kepada-Nya. Semua larangan Allah mereka terjang ketika sepi dan tidak dilihat orang. Ini semua agar dijadikan peajaran dari kisah ini sebelum terlambat dan terperosok ke dalam lubang tersebut.
PELAJARAN HADIST.
1. Pentingnya menumbuhkan sikap muraqabah dalam jiwa kita dengan mengambil sarananya, di antara sarananya adalah:
a. Memperbaiki pemahaman agama dan berusaha menjadikan aqidah kita serupa dan sama dengan aqidah Rasulullah saw.
b. Meyakini dengan sempurna bahwa Allah swt mengetahui segala sesuatu dalam semua keadaan.
c. Meyakini dengan sempurna bahwa Allah swt akan menghisab semua amalan kita baik yang nampak ataupun yang tidak nampak.
2. Menyucikan jiwa, di antara caranya adalah:
a. Terus menerus disiplin dan sinambung melaksanakan ketaatan baik yang bersifat wajib maupun sunnah.
b. Komitmen dengan jama’ah dan hidup bersamanya.
c. Mencari teman yang baik dan shalih.
3. Selalu mawas dan merasa diawasi Allah swt dalam segala kondisi dan keadaan.
4. Urgensi kisah dala memantapkan makna kehidupan dalam jiwa dan mengokohkannya.
5. Harus menjaga kebaikan-kebaikan dan berusaha menjauhi larangan Allah swt.
6. Bahaya melanggar larangan Allah walaupun tidak ada orang yang melihatnya. Wallahu a’lam.
diketik ulang dari majalah elfata
(Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. Elfata Edisi 11 Volume 10, 2010, hal17-19)
TAKHRIIJ HADIST, Hadist ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, kitab az-Zuhud, Bab Dzikrudz-Dzunub, 2/1418 no. 4245. Hadist ini dinilai shahih oleh syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab Silsiah ahaadits ash-Shahihah no 505.
PENJELASAN HADIST, Dalam hadist yang mulia ini Rasulullah saw menekankan perlunya menguatkan sikap muraqabah (selalu merasa diawasi oleh Allah dalam setiap keadaan dan waktu) dan menanamkannya dalam jiwa setiap muslim. Kekuatan muraqabah inilah yang menjaga seorang muslim dari melanggar larangan Allah swt walaupun sedang bersendiri tidak dilihat oleh manusia.
Hadist ini berisi ajakan yang cukup jelas dan tegas kepada kita untuk menanamkan dan menumbuhkan sikap muraqabah dan rasa malu kepada Allah swt dalam setiap keadaan sehingga sikap-sikap ini tertanam dan terpatri dalam jiwa kita semua.
Dalam hadist ini Rasulullah saw menggambarkan kepada kita keadaan kaum yang datang di hari kiamat kelak dengan membawa kebaikan yang sangat banyak sampai-sampai menyerupai butiran pasir yang putih sebesar gunung Tihamah di Yaman. Tapi sayang Allah swt tidak menghirakan itu semua dan menghancurkan semua bagaikan debu yang beterbangan. Rahasianya tidak lain karena mereka bila tidak dilihat manusia dan dalam keadaan sendiri melanggar larangan-larangan Allah swt tanpa rasa takut dan malu kepada-Nya. Semua larangan Allah mereka terjang ketika sepi dan tidak dilihat orang. Ini semua agar dijadikan peajaran dari kisah ini sebelum terlambat dan terperosok ke dalam lubang tersebut.
PELAJARAN HADIST.
1. Pentingnya menumbuhkan sikap muraqabah dalam jiwa kita dengan mengambil sarananya, di antara sarananya adalah:
a. Memperbaiki pemahaman agama dan berusaha menjadikan aqidah kita serupa dan sama dengan aqidah Rasulullah saw.
b. Meyakini dengan sempurna bahwa Allah swt mengetahui segala sesuatu dalam semua keadaan.
c. Meyakini dengan sempurna bahwa Allah swt akan menghisab semua amalan kita baik yang nampak ataupun yang tidak nampak.
2. Menyucikan jiwa, di antara caranya adalah:
a. Terus menerus disiplin dan sinambung melaksanakan ketaatan baik yang bersifat wajib maupun sunnah.
b. Komitmen dengan jama’ah dan hidup bersamanya.
c. Mencari teman yang baik dan shalih.
3. Selalu mawas dan merasa diawasi Allah swt dalam segala kondisi dan keadaan.
4. Urgensi kisah dala memantapkan makna kehidupan dalam jiwa dan mengokohkannya.
5. Harus menjaga kebaikan-kebaikan dan berusaha menjauhi larangan Allah swt.
6. Bahaya melanggar larangan Allah walaupun tidak ada orang yang melihatnya. Wallahu a’lam.
diketik ulang dari majalah elfata
(Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. Elfata Edisi 11 Volume 10, 2010, hal17-19)