Anak Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat khusus, mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Klasifikasi Tunanetra kemampuan daya penglihatan:
¨ Ringan : Seseorang yang
dikatakan penglihatannya normal, apabila hasil tes Snellen menunjukkan
ketajaman penglihatannya 20/20 atau 6/6 meter. Sedangkan untuk seseorang yang
mengalami kelainan penglihatan kategori Low vision (kurang lihat), yaitu
penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m. Kondisi
yang demikian sesungguhnya penderita masih dapat melihat dengan bantuan alat
khusus. Selanjutnya untuk seseorang yang mengalami kelainan penglihatan
katergori berat, atau The blind, yaitu penyandang tunanetra yang memiliki
tingkat ketajaman penglihatan 6/60m atau kurang
¨ Kemampuan
melihat sedang (moderate visual disability), dimana pada taraf ini
mereka masih dapat melaksanakan tugas-tugas visual yang dilakukan orang awas
dengan menggunakan alat bantu khusus serta dengan bantuan cahaya yang cukup.
¨ Ketidakmampuan
melihat taraf berat (severe visual disability). Pada taraf ini,
mereka memiliki penglihatan yang kurang baik, atau kurang akurat meskipun
dengan menggunakan alat Bantu visual dan modifikasi, sehingga mereka
membutuhkan banyak dan tenaga dalam mengerjakantugas-tugas visual.
¨ Ketidakmampuan
melihat taraf sangat berat (profound visual disability) Pada taraf ini mereka mengalami kesulitan
dalam melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas
visual yang lebih detail seperti membaca dan menulis. Untuk itu mereka sudah
tidak dapat memanfaatkan penglihatannya dalam pendidikan, dan mengandalkan
indra perabaan dan pendengaran dalam menempuh pendidikan.
Klasifikasi Berdasarkan terjadinya ketunanetraan
¨ Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka
yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
¨ Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil;
mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan
mudah terlupakan
¨ Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa
remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi
¨ Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka
yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri
¨ Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar
sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri
Faktor
Penyebab Tuna Netra
Ø Pre
Natal,
Bisa karena keturunan atau
pertumbuhan dalam kandungan
Ø Post
Natal
¨ Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu
persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.
¨ ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil
gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami
sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
¨ Mengalami penyakit mata yang menyebabkan
ketunanetraan.
Karakteristik
Anak Tunanetra dalam Aspek Akademis
q Berbagai pendapat para ahli menunjukkan bahwa
ketunanetraan dapat mempengaruhi prestasi akademik para penyandangnya.
Karakteristik
Anak Tunanetra dalam Aspek Pribadi dan Sosial
Curiga
pada Orang Lain
1)
Mudah
Tersinggung
2)
Ketergantungan
pada Orang Lain
Karakteristik
Anak Tunanetra dalam Aspek Fisik/Sensorik & Motorik/Perilaku
¨ Aspek Fisik :
kondisi matanya yang berbeda dengan
mata orang awas dan sikap tubuhnya yang
kaku
•
Aspek
Sensorik :
menunjukkan kepekaan yang lebih baik
pada indera pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak awas.
•
Aspek
Motorik/Perilaku:
Gerakan agak kaku dan kurang
fleksibel, serta sering melakukan perilaku stereotip, seperti menggosok-gosok
mata dan menepuk-nepuk tangan.
Aktivitas
yang Disarankan untuk
Tunanetra
1.
Kesegaran
jasmani dan gerak
Peserta didik berpenglihatan
terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran yang lebih daripada yang
berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan terbatas melakukan satu
gerak memerlukan usaha yang lebih banyak dari pada diperlukan (Buell,1973);
2.
Keterampilan
dan pola gerak dasar
a.
Menyebutkan
bagian-bagian tubuh.
b.
Menggerakkan
bagian-bagian tubuh secara terpisah.
c.
Mengkoordiansikan
gerak dari dua bagian tubuh.
d.
Menggerakkan
benda dengan berbagai bagian tubuh.
e.
merasakan
ukuran dari berbagai bagian tubuh.
f.
Mengidentifikasi
bagian-bagian tubuh dari teman yang lain.
g.
Memelihara
keseimbangan di atas balok keseimbangan yang rendah.
3.
Aktivitas
individu dan kelompok
Prinsip pembelajarannya
a.
Tempatkan
alat yang berbunyi dalam bola, pada keranjang, pada gawang, dan pada tempat
hnggap (base).
b.
gunakan
formasi rantai (rabaan).
c.
Aktivitas
dimulai dari tempat yang tetap.
d.
Manfaatkan
keadaan permukaan tempat bermain (rumput yang tingginya berlainana, pasir,
tanah) untuk menyatakan batas lapangan permainan dan daerah luar batas
permainan.
e.
Ubah
susunan (tekstur) dari alat.
a.
Gunakan
dinding yang telah dilapisi/ditutup dengan bahan yang empuk.
b.
Gunakan
warna yang cerah dari objek aktivitas dan tanda batas-batas.
c.
Gunakan
peluit, memanggil atau meneriakkan nama.
d.
Ukuran
lapangan permainan diperkecil.
e.
Batasi
jumlah peserta dari kedua tim.
f.
Bermain
dengan gerak lambat bila memperkenalkan permainan baru.
g.
Gunakan
tanda atau bau sebagai tanda dalam situasi tertentu.
h.
Beritahu
pemain yang buta apabila seorang pemain kunci meninggalkan lapangan atau daerah
permainan.
Pendidikan
¨ SLB A: KHUSUS tuna netra
¨ SDLB : campur berbagai macam kebutuhan khusus
¨ INKLUSIF:
¤ terkait kemauan anak untuk integrase dg anak normal
¤ Kesediaan lembaga u/menerika ABK
¤ Ketersediaan guru yg paham ABK + sarana khusus
Transisi
ke Dewasa
¨ Kemandirian
¤ Melalui pelatihan
¤ Stigma dan penerimaan masy bahwa ABK mampu, tidak
terus menerus dikasihani/dibantu
¨ Pekerjaan
¤ Penanganan kurikulum
¤ Pelatihan intensif
¤ Kerjasama bbg pihak
¤ Akomodasi fasilitas (tata ruang, pencahayaan, computer
modifikasi)