Sabtu, 04 April 2020

Pendidikan Anak Tunaganda

Program pendidikan untuk anak-anak dengan kecacatan berat dan ganda telah mengalami perkembangan selama 30 atau 40 tahun terakhir. Upaya awal untuk mendidik siswa dengan cacat berat didirikan pada pendekatan perkembangan anak-anak normal, yang melibatkan keterampilan mengajar dalam urutan yang sama yang dipelajari oleh anak-anak normal/ tanpa kecacatan. Ini didasarkan pada asumsi yang keliru bahwa semua anak dengan disabilitas berkembang dalam urutan yang sama dengan anak-anak tanpa cacat, meskipun pada tingkat yang lebih lambat. Pada akhir 1970-an, Lou Brown dan lainnya memperkenalkan konsep Kriteria Fungsi Utama (Brown, Nietupski, & Hamre-Nietupski, 1976; Brown et al., 1979). Ini melahirkan pendekatan kurikuler baru yang dikenal sebagai pendekatan fungsional yang lebih mengedepankan kondisi anak yang sesungguhnya.

Instruksi sistematis yang dirancang dalam analisis perilaku terapan, sangat efektif untuk anak tunaganda, karena tunaganda lebih mungkin untuk merespon metode pengajaran yang tepat (Halle, Chadsey, Lee, & Renzaglia, 2004). Intruksi sistematis membahas semua fase pembelajaran: akuisisi, produksi, generalisasi, dan pemeliharaan. Prinsip paling mendasar dari instruksi sistematis adalah setiap perilaku didahului oleh anteseden dan diikuti oleh konsekuensi. Kemungkinan perilaku yang diulang dapat ditingkatkan dengan memberikan anteseden (termasuk petunjuk) dan konsekuensi (termasuk penguatan) yang sesuai dengan kebutuhan individu dalam aktivitas tertentu.  Prinsip-prinsip panduan untuk pengajaran yang sistematis meliputi
1.             Mengajar keterampilan yang bermakna dan fungsional,
2.             Pembelajaran sesuai kondisi,
3.             Memfasilitasi perhatian pada kelebihan anak,
4.             Memberikan kesempatan yang sering untuk berlatih, dan
5.             Menyediakan lingkungan pembelajaran yang positif” (Halle dkk., 2004, hlm. 55–56).

Tidak ada komentar:

school mapping hazard mutlak disosialisasikan kepada penyandang disabilitas di daerah rawan bencana

Satu dari lima prioritas pelaksanaan kegiatan dalam Kerangka Kerja Hyogo (HFA) pada tahun 2005-2015 adalah membangun bangsa dan masyarakat...