Dalam dunia psikologi, masa remaja sangat berpengaruh pada
fase-fase berikutnya. Ketika anak beranjak memasuki masa remaja, proses kogntif
meluas saat anak mengembangkan kapabilitas untuk berpikir abstrak dan kapasitas
untuk memahami perspektif orang lain. Masa ini sangat penting karena anak akan
mengontruksikan identitas yang akan memberikan basis kuat bagi masa dewasanya
kelak. Bila remaja gagal mengintegrasikan semua aspek dan pilihan dalam hal nilai-nilai, ideologi, peran, dan
tujuan hidup, mereka tidak akan memilih menjadi apa yang mereka inginkan dan
hanya mengembangkan kepribadian ilusi.
Bagi sebagian remaja yang gagal, akan terjadi penutupan
identitas yang merupakan masa-masa tanpa
eksplorasi. Remaja yang identitasnya tertutup tidak bereskperimen dengan
identitas-identitas yang berbeda, dan hanya sekadar mengomitmen diri tanpa
tujuan. Kegagalan identitas ini akan berakibat masa dewasa akan mengalami
kesepian jiwa, apati, dan menarik diri, dan mengabaikan kewajiban.
Orang dengan identitas gagal pada masa remaja akan mengalami
gangguan perasaan yang sering disebut juga gangguan afektif. Kelompok gangguan
ini mencakup depresi dan gangguan bipolar sehingga akan berubah-ubah dari
ekstrem tinggi ke ekstrem rendah saat menerima situasi yang tidak mampu
dikontrol, tidak mampu menerima kritik dan kegagalan dalam menerima berbagai
perspektif.
Di masa kini, gangguan semacam ini sering dikaitkan dengan
istilah baper. Orang yang mengidap baper, akan cenderung berpikir tidak rasional
dan mudah berilusi pada sesuatu. Kecenderungan ini mencerminkan temperamen,
yaitu gaya perilaku dan respon dari seseorang. Tentu saja ketika baper tidak
berkelanjutan, itu mungkin hanya respon sesaat. Akan tetapi ketika respon
irasional selalu menghinggapi cara menyelesaikan masalah yang dilakukan, hal
tersebut termasuk dalam gangguan kepribadian.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar