Selasa, 24 Maret 2020

KOMUNITAS PEDULI TORCH-DWITYA SOBAT ADY DHARMA

Dwitya Sobat Ady Dharma merupakan co-founder Komunitas peduli TORCH, Bersama dengan empat sahabatnya di komunitas lingkar pena – kelompok penulis muda, mereka mengembangkan sebuah komunitas peduli TORCH. Diawali dengan salah satu teman mereka yang mengalami celebral palsy (kerusakan otak) atau CMV – salah satu dari empat penyakit dalam kelompok Torch, membuat dia merasa perlu sebuah komunitas yang tak hanya mendukung para penderita tapi juga memberikan informasi pencegahan awal terhadap penyakit Torch ini. Komunitas itu awalnya bernama Torch Care Youth Community di tahun 2009. Torch adalah kumpulan dari empat penyakit yang memiliki gejala sama meski dengan penyebab yang berbeda yaitu infeksi toxoplasmosis, rubella, cmv dan herpes. Torch menurut dia adalah the silent killer, tak banyak yang tahu dan peduli tapi dampaknya luar biasa menyebabkan kematian dan keguguran pada ibu hamil dan cacat pada bayi.



Di awal gerakan, Komunitas Peduli Torch berhasil merekrut secara tertutup 30 sukarelawan lintas bidang studi. Dan di tahun 2011 sempat mengembangkan kegiatan tes gratis TORCH dan survey tingkat kepedulian masyarakat terhadap penyakit ini. Terkendala masalah dana, kegiatan fisik terhenti dan beralih pada kampanye di sosial media pada 2012. Di awal 2013, jumlah relawan yang tergabung tinggal 6 orang, dua di antaranya adalah inisiator awal dan kembali menggeliat. Mereka bekerjasama dengan kepala desa Mungkit Magelang dan Puskesmas Magelang terus mensosialisasikan bahaya Torch dan mengajak hidup sehat di pojok Torch yang ada di puskesmas. Berkat koneksi ibu Dwitya yang merupakan kader Posyandu di desa Mungkit, gerakan mereka terus berjalan dan meluas melalui arisan-arisan warga.
Komunitas Peduli TORCH tidak bergerak pada pengobatan medis tapi lebih pada sosialisasi untuk hidup sehat karena dalam penyebab torch seperti virus, parasit dan bakteri ada dalam kehidupan sehari hari. Di antaranya mereka mensosialisasikan agar cuci tangan sehabis berkebun, sebelum makan dan memasak daging hingga matang. Sementara untuk pengadaan tes Torch diperlukan dana yang sangat besar, 1 jenis Torch memerlukan 2x tes@Rp 800 ribu rupiah x 4 = Rp 6,4 juta rupiah. Karena itulah Dwitya menegaskan pencegahan untuk meminimalisir terpapar Torch jauh lebih penting daripada mengobati.

 beberapa waktu lalu komunitas kita masuk dalam jejaring ashoka.Inagurasi ini dilaksdanakan di GEPI CIPUTRA WORLD jakarta. inagurasi ini diadakan setelah dilakukan seleksi terhadap beberapa leader. Ashoka adalah sebuah asosiasi global para Wirausahawan Sosial – para individu yang memiliki gagasan inovatif dan praktis, visi, kreativitas dan kegigihan luar biasa bagi terwujudnya perubahan sosial di masyarakat. Sejak 1980 Ashoka telah menjadi pionir dalam bidang kewirausahaan sosial dan telah mendukung lebih dari 3,000 wirausahawan sosial, yang disebut sebagai Fellow Ashoka, di lebih dari 70 negara. Sejak tahun 2005, Ashoka mengembangkan program Young Changemakers untuk mendorong lahirnya pembaharu muda –kaum muda yang menginisiasi gagasan social untuk berkontribusi kepada masyarakat di sekitarnya.  
Ashoka Indonesia, melalui program Young Changemakers dirancang untuk membuka kesempatan bagi masyarakat untuk memberi dukungan kepada kaum muda yang berkeinginan membawa perubahan positif di tingkat masyarakat dan mendapatkan peluang meningkatkan kemampuan dan keyakinan untuk dapat terus membawa perubahan sosial di masyarakat. Jika hal ini terus bergulir, diharapkan dapat menjadi dasar gerakan kaum muda memimpin pembaharuan di Indonesia dan dunia.









1 komentar:

school mapping hazard mutlak disosialisasikan kepada penyandang disabilitas di daerah rawan bencana

Satu dari lima prioritas pelaksanaan kegiatan dalam Kerangka Kerja Hyogo (HFA) pada tahun 2005-2015 adalah membangun bangsa dan masyarakat...